Gejala Narsisme Religius Dalam Untaian Kata Doa Sang Pendoa
Narsisme kelompok dalam kadar yang normal baik bagi usaha untuk mempertahanan hidup. Meskipun itu tidak cukup untuk mendukung perkembangan sosial sebagai ruang bagi ekspresi kemanusiaan yang bebas, dan percaya pada diri sendiri sebagai ciptaan Tuhan yang unik dan spesial. Narsisme kelompok pada level yang lunak dapat mempertahankan soliditas identitas kelompok.
Namun dalam bentuknya yang ekstrim, narsisme dapat menyebabkan kerusakan sosial. Kelompok yang merasa dirinya agung, paling baik, paling benar akan berusaha sedemikian rupa untuk menegasikan kelompok lain.
Erich Fromm dalam bukunya The Heart of Man (2019, edisi terjemahan Indonesia) mengatakan bahwa narsisme membutuhkan pemuasan. Pada satu tingkat, tulisnya, kepuasan itu dicukupi oleh ideologi bersama tentang kelompoknya sendiri yang dianggap lebih tinggi dan sebaliknya kelompok lain dianggap lebih rendah. Kelompok kita terpuji, sedangkan kelompok yang lain tercela. Kita baik, sedangkan keompok yang lain jahat.
Dalam kelompok religius, jelas Fromm pemuasan ini dapat dengan mudah dicukupi dengan pra anggapan bahwa kelompok-ku merupakan satu-satunya yang percaya kepada Tuhan, sementara kelompok yang lain tidak percaya pada Tuhan. Tuhanku adalah satu-satunya yang sejati, sementara kelompok lain itu sesat.