Cerita-Cerita Keberagaman dari Maumere (Bag.3)

 

“Selama ini kami dianggap hanya bekerja di salon saja, padahal kami punya banyak karya. Ada yang menjadi guru, petani, kerja di pemerintahan, nelayan, dan menjadi koster di Gereja. Makin ke sini label yang dulu itu mulai berubah, tidak lagi dianggap menakutkan, dulu hanya mendengar, tapi sekarang sudah agak baik melalui sharing dan sosialisasi,” ungkap Yolanda.

Sampai sekarang, tambahnya, ada beberapa teman yang tidak menerima diri. “Lalu kami mulai sering berjumpa dan berdialog satu sama lain supaya masing-masing kami bisa menerima diri apa adanya. Dan sekarang kami bisa menjalankan hidup sebagaimana biasanya,” katanya.

Sebagai perwakilan dari BEM Ledalero, Paul Tukan menyampaikan, “kita tentu berterima kasih kepada Komunitas KAHE telah mengangkat tema ini dalam ranah akademis, supaya apa yang mengendap di alam bawah sadar itu kita angkat sehingga apa yang dangkal bisa dibereskan, selain membina keakraban intelektual, tapi juga keakraban psikologis”. * (Fonsi Orlanda, BEM IFTK)

BACA JUGA:
Dukung Fashion Show Tenun Songket Manggarai Peserta Pelajar Terbanyak di Indonesia, Direktur YSPM Terima Penghargaan LEPRID
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More