Forum Negara Pancasila Pak Tedjo dan Masa Lalu yang Selalu Aktual

Bernadinus Steni, Pegiat standar keberlanjutan. Tinggal di Jakarta

Kesulitan lainnya adalah ketika menuangkan secara praktis; bagaimana rupanya kritik santun itu. Apalagi kalau dikonversikan ke Bahasa Inggris, leluhurnya kata kritik. Di berbagai artikel saya hanya temukan kata “constructive criticism”, bukan polite criticism.

Bahasa Inggris menyematkan sejumlah rajutan makna pada kata kritik, yakni ekspresi ketidaksetujuan berdasarkan kesalahan atau kekeliruan yang disadari dan juga penilaian yang berimbang antara manfaat dan mudarat berbasis pada sumber data yang jelas.

Sehingga dalam dirinya sendiri, kritik mempunyai implikasi membangun dengan cara menunjukan kesalahan dan mengarahkan pilihan yang lebih pantas.

Dari sana suatu hal atau seseorang dapat menuju ke orientasi yang dipandang tepat dan yang lebih penting tidak mengulang-ulang kesalahan serupa. Tidak mengulang legenda keledai dungu yang terperosok ke lobang yang sama berkali-kali.

Kritik membongkar, menyingkap, mengurai, hingga menunjukan arah. Di situ, kritik pastilah tidak sopan. Coba bayangkan…! Apa yang sopan dari perilaku menyingkapkan sesuatu hingga telanjang bulat dilihat orang. Kritik sopan dalam terminologi Om Tedjo, benar-benar contradictio in terminis. Tapi itulah satu segment Orde Baru.

BACA JUGA:
Kasus Korupsi Desa Lemarang, Mantan Kades dan Bendahara Ditahan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More