
Festival Golo Curu Keuskupan Ruteng Perkokoh Devosi kepada Bunda Maria dan Spiritualitas Keimanan Warga Manggarai
Laporan Walburgus Abulat (Wartawan Pojokbebas & Florespos.net, Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati)
Ketiga, Devosi rakyat kepada Bunda Maria Ratu Rosari telah menyatu dengan suka duka hidup sehari-hari orang Manggarai, termasuk perjuangan mencari nafkah. Karena itu, Maria disebut juga “Ende Pati Mose Nai” (Ibu yang peduli dan terlibat dengan pergumulan hidup anaknya). Alam Manggarai sangat cocok menghasilkan kopi yang nikmat, dan kopi sejak lama menjadi sumber mata pencaharian hidup masyarakat. Festival Golo Curu ingin mengekspresikan kehidupan religi kultural orang Manggarai yang dibangun dalam devosi kepada Bunda Maria dan tradisi mengolah kehidupan khususnya melalui budaya kopi. Tarian kolosal yang menjadi puncak karnaval budaya pada tanggal 6 Oktober akan memamerkan dengan memukau lingkaran biji rosario yang memantulkan kesatuan orang Manggarai dengan yang Ilahi, dengan komunitas adatnya serta dengan alam semesta.
Ritus tuk kopi (tumbuk kopi) dan inung kopi weru (menikmat seduhan kopi yang baru) mengungkapkan suka cita perjuangan hidup orang Manggarai, yang berakar dalam hadiah kehidupan Sang Khalik yang dilakoni dalam kebersamaan dan persaudaraan (nai ca anggit, tuka ca leleng). Ritus kopi dalam tari kolosal Maria Ratu Rosari kemudian dibingkai dalam momentum menikmati seribu cangkir kopi yang diikuti oleh aneka kelompok etnis, agama, utusan paroki, dan representasi masyarakat dari segala kelompok usia.