Wadah itu adalah sebuah arena lintas batas sosial yang berbagi kegembiraan dalam banyak hal. Mulai dari dukungan bagi mereka yang sakit, bantuan bagi mereka yang tidak mampu dan yang lebih penting adalah kebaikan diri sebagai keutamaan untuk membangun kebaikan kolektif.
Namun jangan melihat daftar itu nampak serius dan berat, seperti proyek politik. Jangan. Karena orang seperti Charles menghantarnya dengan senyum. Bagi dia, kebaikan bukan proyek sesaat untuk ambil untung tapi sebuah kesetiaan dan pengabdian.
Dalam kebersamaan lintas batas itu, kami bisa bercerita banyak hal. Dari situ pula, saya dan barangkali teman-temannya yang lain sepenuhnya meyakini Charles adalah ukuran manusia yang genap dalam kebaikan.
Lahir dari keturunan Tionghoa, Budha tulen, dan besar dalam tradisi itu tidak membuat Charles membangun menara kebaikan hanya untuk dirinya sendiri. Ia bukan manusia yang terpaku pada batas-batas yang bikin kemanusiaan kita kerdil.
Kami sahabat-sahabatnya banyak yang asli Flores, plus Khatolik totok pula. Ada pula orang Jawa, Islam 100 %, dan jilbab sungguh-sungguh. Teman-temannya yang lain dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi campur baur dari suku dan agama, ras dan kebudayaan.