Esensi Pers Sebagai Pilar Keempat Demokrasi, Jurnalisme Terlibat dan Voice for the Periphery

Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis,  Penulis Buku, dan Pernah Dipercaya Kantor Bahasa NTT Menjadi Fasilitator Kegiatan Literasi dan Bengkel Bahasa di Kabupaten Sikka)

Hemat, saya nilai-nilai kemanusiaan dan pembebasan seperti ini juga menjadi panggilan yang termuat dalam setiap agama samawi apa pun dari diwariskan oleh Tuhan atau adikodrati dalam setiap kitab sucinya masing-masing.

Dalam konteks ini, seorang jurnalis, apa pun agamanya dalam dirinya sendiri (in se) dan melalui dirinya (per se) dan karya-karya jurnalistiknya harus menjadi sosok yang terlibat dalam segala misi kemanusiaan yang membebaskan sesama yang menjadi fokus pemberitaan dan tulisannya.

Seorang jurnalis dan karya jurnalistiknya harus mampu membebaskan sesama, khususnya kaum terpinggirkan dan kaum tak bersuara yang luput dari perhatian para penentu kebijakan. Seorang jurnalis dan karya jurnalistiknya harus menjadi media dan medium  yang bisa menjembatani kaum tak bersuara untuk menyuarakan jeritannya ke pentas publik, dan terlibat aktif dalam pelbagai upaya pembebasan yang diperjuangkan melalui tulisan atau pun lewat aksi kemanusiaan baik yang dilakuan oleh jurnalis maupun melalui tanggapan otoritas berwenang. Di sinilah peran jurnalis dan karya jurnalistiknya, tidak sekadar sebagai media yang memberikan informasi, dan advokasi, tetapi lebih dari itu sebagai media dan medium yang terlibat dalam pelbagai aksi kemanusiaan yang membebaskan sesamanya, terutama yang mengalami situasi terbatas. Inilah panggilan seorang jurnalis dan karya jurnalistiknya yang penulis sebut sebagai Jurnalisme terlibat.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More