Cucu-cucuku
Aku lupa mewariskan pepatah dan petitih bertahan pada budaya sendiri dari nenek moyang
Aku terlampau pongah mengajarkan elan zaman edan
Aku lekas tenggelam dalam arus gelombang kejutan-kejutan kultur baru
Tapi aku tak tahu cara meramu jawabannya
Aku hanyasalah satu kaum dari kumpulan orang yang selalu gagap menampik perubahan zaman.
Ah, aku terlampau idealis, ambisius, tapi kadang munafik.
Kegelisahan ‘angkatan tua’ akan dampak disko bagi generasi muda pun pernah terkuak. Kaum tua merasakan bahwa disko menyebalkan. Rob Neyer (2006) menulis peristiwa di stadion Comiskey-taman bisbol, Chicago, Illions Amerika. Dalam salah satu acara Disco Demolition Nigth-Malam Pemusnahan Disko dilakukan aksi pembakaran 10.000 keping piring hitam lagu-lagu disko pada 12 Juli 1979.
Ah, saat ini disko sudah ramai. Menghindari dan menolaknya niscaya suatu bentuk penyangkalan akan kenyataan. Aku sendiri mau omong apa?. Kukira kultur manusia tak selamanya statis. Meminjam Nietche yang pernah mengingatkan: “Manusia adalah makhluk yang belum berbentuk. Ia tak henti menciptakan dirinya dan dunianya. Manusia bukanlah makhluk natural melainkan insan kultural”. (*)