Rasa-rasanya, disko sedang mengambil alih satu dua nilai-nilai dari kebudayaan formal. Beberapa nilai budaya formal dibawa kedalam ruang pesta yang agak acak-acakan.
Nilai kebudayaan rock diambil kemudian dialihkan ke disko. Kita menerima hasil kreasi di bidang musik yang satu ini. Tapi, pikiranku bergolak. Barangkali seni budaya rock seakan hadir mengusung nilai-nilai ‘pemberontakan’ terhadap orang tua, para pihak mapan, dan nilai-nilai sosial yang banyak membatasi.
Disko sudah merambah ke segala lapisan sosial masyarakat di nusantara ini. Ia telah lama menerjang masuk menjebol sekat pagar kebudayaan lokal. Kita menikmati kumandang musik disko tak hanya di pesta tapi juga di rumah-rumah penduduk, di asrama-asrama siswa-siswi dan indekos-indekos mahasiswa-mahasiswi. Malahan di kota-kota besar dan beberapa kota-kotakecil sudah berdiri tempat spesial disko. Dan pengalaman di Amerika mengenai disko bahwa kawula muda tak mudah melepaskan disko. Perihal itu pernah diberitakan The New York Times, December 10, 2002 bertopik “ARTS IN AMERICA; Here,s to Disco, It Never Colud Say Goobye” (Seni Di Amerika, DiskoTak Akan Pernah Bisa Ditinggalkan).