
Sebab, ketika kita akan pulang ( dialeg Matim, HGALO). Diperluas lagi, dengan istilah adat budaya Manggarai Raya, adalah “Natas Bate labar”( halaman rumah bermain, dan bersharing dan berdiskusi ); “ Mbaru Bate kaeng “( Rumah tempat tinggal ), “beo Bate elor “( kampung tempat kita berpesta ria). “Uma bate duat”( kebun mengais dan mencari rejeki),” wae teku “( air sumber hidup).
Dari refleksi saya sebagai seorang alumni, semua falsafah di atas, sejalan dengan konteks kebiasaan untuk melakukan suatu peristiwa reuni Romis Waerana. Air mengalir dari sumbernya kehidupan semua umat manusia, mungkin seperti kata-kata Yesus sendiri” Akulah Sumber air Kehidupan yang mengalir dari hulu ke hilir”. Penulis dapat mengidentifikasi tentang sabda Yesus itu, dalam semangat didirikannya sebuah lembaga pendidikan Yayasan Katolik SMP Katolik Rosamistika, dari konfentu CIY yang berpusat di Jopu, Ende, Keuskupan Agung Ende; kurang lebih sekitar 64 tahun silam itu. Menerapkan hukum cinta kasih dalam pewartaan di dunia sosial pendidikan, seperti, Romis Waerana ini. Sekolah yang disebut sebagai Sekolah Menengah Katolik Rosamistika ( Romis) itu, sebagai sebuah bentuk perwujudan kata-kata Yesus, yang mengalirkan air dalam kehidupan para alumni, dari setiap angkatan, bisa sekitar ribuan tamatan Romis tercinta. Kita sudah mengenal karakter almanmater kita dari setiap angkatan yang telah membentuk jiwa dan raga kita, sesuai dengan visi pembangunan pendidikan bangsa kita,” Bangunlah jiwanya dan bangunlah badannya”. Juga, identik dengan pemikir abad moderen, dari turunan Yahudi Turki, Kahlil Gibran,” Isilah jiwanya dengan dengan contoh dan keteladanan hidup yang konkrit lewat perkataan dan perbuatan serta tindakan yang bisa diteladani oleh anak siswa masa lalu, sehingga menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama dan negara “.