Hampir sama, kendatipun berbeda soal ruang dan waktu, dengan almamater, yang lazim disebut sebagai” rahim “ pendidikan bagi para alumni itu. Kata kuncinya, ialah rahim seorang ibu menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang antara si jabang bayi dan ibunya. Dalam kurun waktu sekitar sembilan bulan saja. Akibat dari jatuh cinta antara kedua orang tua dewasa yang berbeda dan berjenis kelamin lelaki dan wanita idamannya. Beda dengan yang lainnya; adalah adanya, dibentuk dan dilahirkan secara informal oleh si ibu kandungnya.
Sedangkan almamater kita, Romis Waerana itu, bisa disebut sebagai rahim untuk membentuk dan mencetak generasi masa depan sesuai panggilan visi, misi sekolah secara formal. Dalam kurun waktu, sekitar kurang lebih 3 tahun untuk setingkat SMP dan sederajat dan SMA sederajat. Dengan demikian, kita sebagai alumnus ( alumni dan alumna ) , tentu, merasa terpanggil untuk pulang kepangkuan bunda yang pernah melahirkannya. Dalam artian, kita telah dilatih, dididik, diasuh, dibimbing, diarahkan , dinasehati, dibesarkan, dan seterusny; sesuai dan sepadan dengan falsafah ajaran pendidikan ala Manggarai dalam yang telah dipaparkan daam seminar sehari, Pater Dr. Hubert Muda, SVD, yang identik dengan falsafah 6T, yaitu Teing( memberi arahan ), Toing ( nasihat ), ( Titong ( membimbing ), Tuming ( memberi contoh) dan Tatong( membimbing ), dan Tinu( memelihara). Ketika memberikan Seminar di Aula Sekda Mabar, dalam rangka memperingati HUT PGRI ke 69 tahun 2016 dan Hari Guru Nasional.