Derita Petani Pascabanjir,  Menanam Padi Menuai Pasir

Derita Petani Pascabanjir,  Menanam Padi Menuai Pasir
Kondisi pascabanjir lahan sawah milik Hendrikus Ardi di Wae Natu, Desa Watu Wangka, Kecamatan Mbeliling. Foto : Robert Perkasa

 

LABUAN BAJO, Pojokbebas.com – Menanam padi menuai pasir, lumpur dan batu. Itulah kisah para petani  pascabanjir akhir pekan kemarin. Bencana itu menyisahkan jejak derita menyesakkan dada mereka. Bagaimana tidak. Kerja menguras tenaga berbulan-bulan dengan biaya pengolahan tak terhitung berujung buntung. Tanaman padi di sawah mereka lenyap dalam sekejap tersapu bencana banjir.

Seperti yang dialami Hendrikus Ardi (33) petani  di  Bambor RT/RW 002, Desa Watu Wangka, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Petak-petak sawah yang telah ditanam padi (umur 7 hari) berubah jadi kubangan lumpur dan gundukan pasir dan batu karena banjir yang meluap dari kali Wae Natu.

Hendrikus mengaku sangat kecewa tatkala menatap petak-petak sawah yang dikerjakannya penuh lumpur dan pasir. “Sangat kecewa, tanah padi baru berumur satu minggu hilang dalam sekejap,” aku Hendrikus.

BACA JUGA:
Ratusan Hektar Sawah di Kecamatan Ruteng Terancam Gagal Panen
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More