Debat Pilpres: Ajang Literasi dan Pertarungan Visi dan Strategi
Oleh Dionisius Ngeta (Warga RT 018 RW 005 Kel. Wuring Kec. Alok, Kab. Sikka)
Untuk itu debat tidak sekedar seremonial, apalagi joget-jogetan, sindir-sindiran, umpat-umpatan yang memacu adrenalin dan setuju-setuju-an dengan pihak lawan. Debat adalah momen literasi untuk meyakinkan anak bangsa agar bisa memastikan siapa sesungguhnya Capres/Cawapres berkualitas karena memiliki wawasan kebangsaan, kemampuan mengidentifikasi, mengamplifikasi dan memetakan persoalan bangsa dan menganalisis akar permasalahannya, lalu bagaimana strategi penanganannya. Kandidat yang memiliki pola/kerangka pikir, tindakan dan kerangka nilai yang berorientasi pada kedaulatan dan kepentingan rakyat harus bisa didapatkan masyarakat.
Karena itu, sebagai sebuah ajang pertukaran dan pertarungan ide, visi dan strategi, debat harus bisa dimanfaatkan kandidat sebagai ajang literasi berharga bagi masyarakat agar bisa mendapatkan dan menentukan siapa sesungguhnya Capres dan Cawapres yang memiliki totalitas dalam pemikiran, ide, visi dan strategi implementasi demi terciptanya keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan momentum debat secara maksimal oleh para kandidat dapat memungkinkan masyarakat secara gamblang dan dengan pasti menentukan siapa sesungguhnya calon pemimpin yang mampu menorehkan sejarah dan menghasilkan prestasi fenomenal kelak, lalu tercatat sebagai sosok yang dikenang dalam benak masyarakat Indonesia karena ide, visi dan strateginya. Ide-ide besar tentang permasalahan rakyat dan visi cemerlang tentang bangsa dan negara ke depan serta strategi pelaksanaannya dapat menempatkan Capres/cawapres dalam hati masyarakat sebagai calon yang dapat diandalkan dan tentu kedaulatan masyarakat akan dimandatkan kepadanya terutama bagi pera pemilih yang masih mengambang alias bimbang dan ragu.