Dari Pinggiran ke Panggung: Mewujudkan Indonesia Inklusif 2045

Oleh Maria Nogo Kelodo, Mahasiswi STIPAS St. Sirilus Ruteng

Inklusi sosial tidak bisa diserahkan hanya kepada pemerintah. Semua lapisan masyarakat bisa berkontribusi. Guru dapat menciptakan ruang kelas yang ramah bagi semua murid. Media bisa mengangkat kisah inspiratif kelompok yang selama ini terpinggirkan. Pemuka agama dapat mendorong toleransi lintas iman.

Bahkan, kita bisa mulai dari hal-hal kecil: mendengarkan mereka yang jarang didengar, menghentikan candaan yang merendahkan kelompok tertentu, atau membantu orang di sekitar kita yang kesulitan mengakses layanan publik.

Indonesia 2045 akan menjadi kenyataan jika kita berani mematahkan tembok eksklusivitas dan memberi ruang kepada semua orang. Jika kita melihat keberagaman sebagai kekuatan, bukan ancaman, maka kita bisa mewujudkan negara yang bukan hanya maju, tetapi juga adil dan manusiawi.***

Abdillah Abdillah1, 2. ·. (2025). Ketahanan Inklusif di Indonesia: Studi Kasus Antisipasi Disabilitas dalam Pembangunan Inklusif. Menemukan Ilmu Sosial dan Kesehatan.

Evi Muafiah, S. I. (2025). Implementasi dan Permasalahan Pendidikan Berbasis Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial pada Sekolah di Indonesia. Jurnal Internasional Sosiologi Pendidikan, 1-20.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More