
Dari Pelataran Parkiran RSUD Ende Sampai Pelataran Rumah Tuhan (Refleksi Kecil : Kado Paskah dari Paroki Santo Marinus Pu’urere )
Oleh : "Sang Penutur", Alvares Keupung, Tinggal di Ende
Hidup ini tidak sekedar tentang sukacita yang membuat kita terlena, tetapi hidup juga mesti ada dukacita ( kesulitan ) untuk memberi bobot seberapa bertahan kita di dalam iman dan kesetiaan. Rujukan kita tentu pada situasi Yerusalem kepada situasi Golgota yang Yesus sendiri teladankan, untuk mengalami kemuliaan kebangkitan dalam hidup kita.
Pada malam Kamis Putih, dari mimbar sabda, Pater Robert menggemakan pesan. Peristiwa Malam Perjamuan Terakhir Yesus bersama para murid – Nya, bukan untuk mengenangkan kembali, tetapi untuk menghadirkan kembali pesan cinta dan pelayanan yang Yesus tunjukkan sendiri melalui aktus yang dilakukan – Nya. Menunduk dan membasuh kaki adalah tidak lain bukan karena rendah diri, melainkan kerendahan hati atas nama cinta dan pelayanan.
Pada Malam Perjamuan Terakhir Yesus bersama para murid – Nya, Yesus juga hadir sebagai Imam Agung. Dia hadir dalam kepenuhan Ekaristi, mempersembahkan tubuh dan darah – Nya ( yang tersimbolkan dalam roti dan anggur ). Di sinilah menjadi dasar imamat bagi para imam untuk selalu mempersembahkan Ekaristi, imam yang selalu mempersembahkan cinta dan pelayanan tak hanya di atas mimbar, tetapi dalam realitas, terutama bagi yang papa miskin.