
Dari Pelataran Parkiran RSUD Ende Sampai Pelataran Rumah Tuhan (Refleksi Kecil : Kado Paskah dari Paroki Santo Marinus Pu’urere )
Oleh : "Sang Penutur", Alvares Keupung, Tinggal di Ende
Perayaan hari Minggu Palma di Paroki Santo Marinus Pu’urere berjalan khidmat dan meriah. Saya mengikutinya dengan khusyuk dan berpartisipasi berdoa serta bernyanyi sebagaimana tujuan dari liturgi yang mengumat ( liturgi partisipatif ). Saya mendengar kotbah dan refleksi menarik dari imam yang memimpin perayaan Ekaristi Minggu Palma. Dia seorang imam CMF. Namanya Pater Robertus Hadun, CMF “sang gembala” Paroki Santo Marinus Pu’urere. Ada pesan kuat yang melecut kesadaran spiritual dalam kotbahnya.
Merujuk pada bacaan Injil Lukas, 22 : 14 – 23 : 56, Pater Robert menegaskan bahwa, peristiwa Minggu Palma adalah moment Yesus memasuki Kota Yerusalem serentak menghadirkan dua peristiwa kontradiktif : sukacita massa Yahudi menyambut Yesus dengan bersorak Hosana Putra Daud dan massa yang sama, berselang waktu meneriakkan salibkan Dia.
Relitas hidup manusia memang selalu berada pada situasi yang bertentangan. Ada sukacita dan dukacita, ada tawa dan tangis, ada putih dan hitam, ada terang dan gelap. Bagi saya, dalam kacamata iman, jika kita belajar dari peristiwa Minggu Palma, manusia tidak perlu takut ataupun cemas berhadapan dengan “kejatuhan” ( dukacita), tetapi mesti belajar untuk bangkit dan melawan hal terburuk yang dihadapinya. Atau pada sisi lain, peristiwa Minggu Palma memberi suatu pesan, manusia mesti berani melepaskan diri dari keterikatan pada kegembiraan ( semu ) dan berani untuk menerima tantangan serta mampu melawan godaan kelemahan atau kerapuhan.