
2.4. Dari Komunitas-komunitas Basis Kristiani Menuju Komunitas-komunitas Basis Manusia
Dari dua ciri-khas terakhir mengenai Komunitas-komunitas Basis Kristiani sebagaimana diuraikan di atas, jelaslah bahwa wilayah keprihatinan Komunitas-komunitas Basis Kristiani tidak dibatasi
semata-mata pada persoalan-persoalan “rohani” kaum Kristiani, tetapi juga prihatin dengan masalah-masalah dari seluruh umat manusia. Di dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, karakter-karakter ini
memiliki implikasinya yang penting. Karakter-karakter dari Komunitas-komunitas Basis Kristiani tersebut membantu orang-orang
Kristiani Indonesia untuk secara timbal-balik memperkuat iman mereka dengan cara mendengarkan dan merenungkan Sabda Allah, saling berbagi pengalaman hidup harian mereka, dan bekerja bersama demi keadilan dan perdamaian. Itulah sebabnya mengapa Komunitas-komunitas Basis
Kristiani di Indonesia tidak dapat menjadi kelompok-kelompok “eksklusif”, melainkan harus terbuka terhadap kerjasama dengan
agama-agama serta budaya-budaya lainnya. Karena itu, tidaklah heran bahwa pada Pembukaan Sidang Agung Gereja Katolik Tahun 2000 dengan tema, “Membangun Komunitas-komunitas Basis Kristiani Menuju Indonesia Baru”, Konferensi Wali Gereja Indonesia menyampaikan pesan-pesan
berikut kepada para peserta Sidang:
“Dalam upaya mengembangkan Komunitas-komunitas Basis Kristiani, hendaklah kita menaruh perhatian serius terhadap semangat yang terbuka karena kita hidup di dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.
Keterbukaan ini merupakan sikap yang menentukan untuk selalu membaharui diri kita, untuk mengembangkan persaudaraan sejati dan untuk menghadirkan Kerajaan Allah melalui perjuangan demi keadilan, kebenaran dan kesetaraan gender….”.