Dari Komunitas Basis Gerejani Menuju Komunitas Basis Manusiawi: Sebuah Upaya Gereja Katolik Dalam Membangun Dialog Antar-Agama Di Indonesia (Bagian III)

Oleh Drs. Hironimus Pakaenoni, L.Th. (Dosen Fakultas Filsafat Unwira Kupang)

Pernyataan yang menggemakan gagasan Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II Christifideles Laici ini, merupakan undangan mendesak bagi Gereja Katolik Indonesia untuk membangun dan membaharui komunitas-komunitas basisnya yang sudah ada ke dalam komunitas-komunitas basis Kristen sejati yang dapat menanggapi secara efektif tuntutan-tuntutan pastoral masa kini.

2.3.1. Pengalaman Khusus Pembentukan Komunitas-komunitas Basis Kristiani di Nusa Tenggara Timur

Pertama-tama kita perlu menyadari bahwa peran dan arti dari Komunitas-komunitas Basis Kristiani berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebagai contoh, jika kebanyakan warga di suatu tempat tertentu adalah umat Katolik, maka Komunitas-komunitas Basis Kristiani sangat mirip dengan “rukun tetangga”. Dalam situasi ini, bahkan kepala kampung atau pemimpin-pemimpin lain di bawahnya berperan seperti pemimpin-pemimpin paroki di dalam wilayah, lingkungan, atau kelompok-kelompok basis. Karena itu, komunitas-komunitas basis yang dibentuk sekitar tahun 1950-an oleh para misionaris di Flores, Timor, dan beberapa wilayah di Nusa Tenggara Timur cukup kuat sebagai basis masyarakat, yang siap menjadi komunitas-komunitas basis dalam arti
yang penuh dan utuh.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More