
Dari Komunitas Basis Gerejani Menuju Komunitas Basis Manusiawi: Sebuah Upaya Gereja Katolik Dalam Membangun Dialog Antar-Agama Di Indonesia (Bagian III)
Oleh Drs. Hironimus Pakaenoni, L.Th. (Dosen Fakultas Filsafat Unwira Kupang)
Selain itu, budaya Indonesia yang dicirikan oleh “kesatuan dan kemajemukan” dan yang menganut semboyan Bhinneka Tunggl Ika merupakan salah satu perhatian Gereja, dan karena itu juga patut mendapat
prioritas dalam proses inkulturasi iman Kristen. Gereja berkontribusi terhadap penguatan “kesatuan dan kemajemukan” bangsa dengan menekankan orientasinya pada pembangunan manusia seutuhnya bagi semua dan setiap orang. Hal ini dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain lewat jalur pendidikan, baik formal, informal, maupun non-formal.
Tidak dapat disangkal bahwa hingga kini, jalur pendidikan khususnya pendidikan formal yang inklusif yang diupayakan Gereja Katolik di berbagai wilayah Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar, selain untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, tetapi juga dalam memajukan kerjasama yang harmoni dengan seluruh masyarakat dengan berbagai latar-belakang suku, agama, ras dan budaya yang beraneka. Kontribusi yang sama diharapkan datang juga dari jalur pendidikan non-formal yang lebih kontekstual sesuai tuntutan situasi dan
perkembangan zaman. Dalam semua upaya mempromosikan kemuridan kristiani sejati melalui aneka jalur pendidikan ini, Gereja akan sangat diperkaya oleh dialognya dengan berbagai budaya di Indonesia.