
Gerakan itu tampaknya untuk memanfaatkan juga doktrin umum yang didasarkan pada nilai-nilai moral orang Jawa dan prinsip-prinsip manajemen umum, yang berasal dari pepatah Jawa, “sepi ing pamrih, rame ing gawe”, yang berarti bahwa orang mesti bekerja keras bagi orang lain sambil mengurangi kepentingan diri sendiri.
Atau mengabdi pada kepentingan umum tanpa pamrih. I.J.Kasimo menerjemahkan pepatah itu ke dalam tiga proposisi: (1) tanggungjawab dari para petugas, pejabat dan pemimpin; (2) sedikit bicara, bekerja keras; (3)
menempatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat.
Oleh karena itu, disebut doktrin partai politik yang dikenal dengan nama “Katolik” dalam wacana publik, namun dalam kombinasi dengan beberapa prinsip yang tidak spesifik sifatnya, yang dengan mudah dapat ditemukan dalam kosa kata budaya Jawa sebagaimana juga di dalam buku-buku manajemen.
Karena itu juga, dengan mudah dapat dipahami bahwa sesudah partai yang bernama “Katolik” itu bergabung dengan partai-partai lain, orang-orang Katolik cukup apatis dalam hal memiliki partai politik yang didasarkan pada agama.