
Dalam periode perubahan yang bergerak sangat cepat ini, tata hidup tradisional yang relatif aman dan stabil yang dikenal masyarakat, digantikan dengan gaya hidup baru dan kontras. Masyarakat ditarik dari akar-akar tradisional mereka dan mengalami kebingungan serta alienasi ketika mereka beradaptasi dengan keadaan baru.
Situasi ini tentu saja menuntut metode pastoral baru dari pihak Gereja. Dalam kasus ini, Gereja memang harus membaharui, atau lebih tepat, melengkapi model territorial tradisionalnya dengan “model diaspora modern”.
Tepatnya dalam konteks ini, komunitas-komunitas basis gerejani dapat memainkan perannya yang efektif sebagai cara baru hidup menggereja di dunia modern.
2.1.4. Gereja Di Tengah Masyarakat Plural
Nyatanya Gereja Katolik di Indonesia cumalah “sebuah kelompok kecil” atau “minoritas” yang berusaha berakar dan bertumbuh di dalam masyarakat yang bergerak secara cepat.
Menurut data terakhir (yang diambil tahun 2003), prosentase jumlah umat Katolik di Indonesia adalah 3 % dari total jumlah penduduk, sedangkan Protestan 5 %, Islam 88 %, Hindu 2%, dan Budha sekitar 1%.