Covid-19 dan Humanisme Katolik dalam Tinjauan Filosofis dan Etika Katolik

Penutup

Pandemi Covid-19 menyadarkan dan membuka kembali kesamaan antara umat manusia yakni kerentanan universal (common vulnerability). Sebagai manusia kita terbentuk dari meteri yang sama dan rentan. Karena itu kita semua adalah saudara dan saudari terlepas dari perbedaan agama, ras, budaya, status sosial dan bangsa.

Kemanusiaan yang rentan itu menjadi basis persaudaraan dan solidaritas antar umat manusia. Persaudaraan tersebut mendesak kita untuk bersikap peduli terhadap yang lain terutama yang menderita lewat imaginasi, kreativitas, dedikasi dan sikap dermawan. Sikap peduli dan solidaritas berawal dengan mengakui dan menerima kerentanan kita bersama.
Pemimpin sejagad Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, mengingatkan kita bahwa dunia sekarang sedang berada dalam kondisi dilanda “globalization of indifference” (globalisasi ketakpedulian) yang berdampak pada ketidakmampuan untuk menangis dan mengambil bagian dalam penderitaan orang lain. Di tengah dunia yang diwarnai dengan apatisme dan ketakpedulian, kita perlu mempromosikan budaya tandingan dan humanisme Kristiani yakni sikap bela rasa (compassion) dan belas kasih (mercy).

BACA JUGA:
Ketika Jokowi Adalah Kita (Bag.1)
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More