Cerpen: Menangis Dalam Hujan, Menangis Dalam Asap

Mengenang Momen-momen Sunyi Dalam Hidup Karena Ada Yang Pergi Jauh

Dari jauh saya masih melihat mama menunggu mereka sampai hilang dari tatapan mata di balik kampung Tango itu. Saya pun balik lagi mencoba mengejar mereka. Tetapi tidak bisa karena rupanya mereka sudah cepat-cepat pulang.

Saya sungguh-sungguh merasakan sunyi itu di rumah kami. Kakak sulung saya sudah meninggalkan kami. Dia sudah pindah ke Ruteng, ibu kota kabupaten kami.

Sekarang, dia menjadi orang kota. Siang hari, rasa sunyi itu belum begitu terasa. Mungkin karena masih terang siang hari. Masih terdengar banyak bunyi keramaian siang hari.

Apalagi ada banyak anak sekolah. Keramaian anak-anak sekolah bisa membunuh racun sunyi itu di dalam hati. Jadi sunyi tidak terasa begitu mencengkam.

Ketika Senja Mendekat

Rasa sunyi itu baru terasa saat sore hari datang mendekat. Sinar mentari siang, sudah diganti oleh matahari yang memerah dan mulai meredup di sore hari.

Matahari sudah condong ke barat. Mula-mula dimulai dengan leso holes, mata hari sudah mulai condong ke barat. Lalu tiba giliran wa leso, yaitu matahari sudah mulai turun.

BACA JUGA:
Pernikahan Atta Halilintar dan Aurel Diundur, ini Alasannya
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More