Bukan Baku Hantam, Tetapi Kerja Samalah yang Menentukan Bumi Bertahan
Oleh : Bernadinus Steni (Mahasiswa Program Doktoral Dalam Bidang Managemen Lingkungan IPB, Penggiat Standar Berkelanjutan)
Ratusan tahun setelah Lamarck, banyak ilmuwan mulai memahami bahwa evolusi merupakan proses jutaan tahun yang menjaga ritme dan harmoni tertentu. Karenanya, evolusi bukan suatu ekspresi chaos yang semata-mata ribut gaduh never ending tetapi mempunyai tujuan.
Pada berbagai arena kita dengan mudah menyaksikan bahwa proses seleksi yang dimaksud Darwin pada dasarnya adalah kesepakatan alamiah yang berlangsung antara makhluk untuk menjaga ritme tertentu. Konsep mata rantai makanan yang laris itu, bukan untuk menegaskan bahwa antara makhluk boleh dan wajib saling menghabisi.
Tetapi menunjukan bahwa keberadaan satu makhluk, sekecil apapun dia, mempunyai peran bagi yang lain. Dia ada karena dibutuhkan oleh makhluk lainnya. Itulah harmoni, bukan pertarungan.
Menurut Bruce Lipton, penulis the Biology of Belief, hipotesis Lamarck mengenai mekanisme evolusi mengkonfirmasi pemahaman pakar biologi sel modern mengenai adaptasi sistem imun terhadap lingkungan.
Bahwa sistem imunitas menyesuaikan diri secara terus menerus dan menemukan bentuk baru pada lingkungannya tempat dia hidup. Karena itu, ketika lingkungan rusak, sistem imunitas juga ikut goyah.