Bukan Baku Hantam, Tetapi Kerja Samalah yang Menentukan Bumi Bertahan
Oleh : Bernadinus Steni (Mahasiswa Program Doktoral Dalam Bidang Managemen Lingkungan IPB, Penggiat Standar Berkelanjutan)
DALAM sejarah planet ini sejak manusia modern menjelajah keluar dari rahimnya di Afrika Timur ke berbagai kontinen 100.000 tahun silam, makhluk pendatang baru ini lebih sering merusak dan menikung proses evolusi, bukan memfasilitasinya.
Perilaku itu dinubuatkan sekaligus mendapatkan cap resmi lewat konsep pertarungan hidup-mati ala on the Origin of Species dari Darwin (1859). Manusia modern membawa spirit itu ke berbagai bentuk.
Mereka yang paling kuat bertarung dengan cakar berdarah, itulah yang menang pada akhirnya. Evolusi berdiri di atas kekuatan itu, yakni pada saling tikam dan baku hantam terus menerus. Darwin menjadi dogma yang menyebar ke berbagai tindak tanduk.
Penaklukan dunia melalui pengerukan bumi meski kadang hanya untuk tujuan kesenangan semata merupakan buah dari agama Darwin. Buat Darwin, perjuangan dan kekerasan bukan saja karena manusia mempunyai karakter binatang tetapi menjadi dasar yang menentukan perjalanan evolusi.
Karena itu, konflik, kekerasan, saling menyingkirkan adalah watak dasar yang harus ada agar suatu makhluk bertahan. Dalam bahasa sederhana, dunia ini ganas. Sikat atau kita yang disikat.