Bos (Realita Penggunaan Kata Bos)

Oleh Benediktus Kasman, pegiat sosial, tinggal di Maumere

Kadang-kadang om sopir menempel kata bos termotivasi oleh guyonan dari sesama teman dekat. Mungkin karena ia sukses. Ia ‘pegang duit berkecukupan’ dari hasil kerja keras menyetir oto angkutan penumpang atau muat antar barang-barang. Atau bisa saja sopirnya bernaluri seni. Ia merias otonya untuk memudahkan siapa saja yang bakal menggunakan jasa angkutan. Tulisan itu bermaksud untuk membedakan mobilnya dari oto yang lain. Ya, kekhasan otonya.

Sapaan bos tak hanya hiasan belaka. Tapi, barangkali pendorong semangat kerja. Ia menjadi “tuan” atas dirinya dan bukan sebagai bawahan dari majikan.

Bekerja dengan penuh kesadaran tanpa menunggu perintah dari atasannya. Ia jadi bos atas dirinya sendiri dan pekerjaannya.

Oh, kukenang sopir tua renta

Duduk di depan teras rumah

Berapa tahun kau menyetir oto angkut pasir dan batu

Berapa banyak kelokan-kelokan yang mengejutkan kau tempuh

Aku tak tahu berapa duit terkumpul

Kuingat upah dari bos cukup buat hidup sehari-hari

Aku tak punya celengan di masa tua

Suatu ketika aku dipecat

BACA JUGA:
Panen 34 Ton Jagung, Camat Laut Agus Supratman: Saya Buat Dulu Lalu Bicara, Jangan Bicara Dulu Baru Buat
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More