Bom Nagasaki: Dua Pertiga Umat Katolik Nagasaki Meninggal
Pada tahun 1865, “Pastor Petitjean menemukan ‘Gereja klandestin’ ini, yang dikenalnya setelah meyakinkan dirinya sendiri kepada komunitas tersebut bahwa dia selibat, bahwa dia adalah penyembah Maria dan bahwa dia menaati Paus Roma. Dengan demikian kehidupan sakramental dapat dilanjutkan secara teratur,” lanjut Kardinal Biffi.
Hampir dua puluh tahun kemudian, pada tahun 1889, “kebebasan beragama penuh diproklamasikan di Jepang, dan semuanya berkembang kembali”. Pada tanggal 15 Juni 1891, keuskupan Nagasaki secara kanonik didirikan, yang pada tahun 1927 menyambut Monsinyur Hayasaka sebagai Uskup, yang kemudian merupakan Uskup Jepang pertama dan secara pribadi ditahbiskan oleh Pius IX. “Kami mengetahui dari Schmidlin bahwa pada tahun 1929, dari 94.096 umat Katolik Jepang, sekitar 63.698 berasal dari Nagasaki ”, tambah Kardinal Biffi. Artinya, 16 tahun sebelum bom atom, lebih dari 63.000 umat beriman tinggal di Nagasaki. Di sana bom atom “fat man” mengorbankan dua pertiga umat Katolik Nagasaki. (bennykalakoe)