Bincang Bersama Martin Runi, Komponis Asal Flores
Oleh Paskalis X. Hurint (Dosen STPM Santa Ursula, Ende)
Sebagai perfek, Pater Niko Hayon, SVD, memberi penjelasan tentang alasan nama Martin tidak disebutkan untuk mengalami masa TOP. Dalam rapat Dewan Regional diputuskan bahwa, Martin tidak menjalani masa TOP. Martin didaulatkan untuk melanjutkan studi teologinya di Ledalero hingga selesai, setelah itu diutus untuk studi musik liturgi. Mendengar penjelasan ini, Martin bersikeras untuk belum bisa menerimanya dan meminta agar dia diperkenankan untuk mengalami masa TOP. Dalam pertimbangan Martin, masa TOP merupakan kesempatan untuk dapat hidup dan belajar di tengah umat. Meskipun harapan Martin demikian, tetapi apalah daya, dia tetap tidak kebagian tempat TOP.
Dalam suasana di mana Martin belum kebagian tempat TOP, pada waktu itu, di Ledalero diselenggarakan pertemuan yang turut menghadirkan para uskup. Pertemuan itu diselingi dengan sejumlah acara hiburan yang ditampilkan pada malam hari. Para frater tampil di panggung untuk mengisi acara hiburan itu. Martin tidak ketinggalan memainkan akordeon untuk mengiringi lagu dan tarian rokatenda. Uskup Atambua,
YM. Theodorus Fransiskus Maria van den Tillaart, SVD, turut hadir dalam acara hiburan itu. Uskup Theodorus merasa terpukau melihat penampilan Martin. Ketertarikannya pada kepiawaian Martin, Uskup ini langsung mengatakan kepada Pater Rektor, bahwa Martin dibutuhkan di Atambua. Dengan demikian, Martin menjalani masa TOP di Atambua pada tahun 1970.