Bincang Bersama Martin Runi, Komponis Asal Flores

Oleh Paskalis X. Hurint (Dosen STPM Santa Ursula, Ende)

Sebulan lamanya Martin berada di Seminari Mataloko untuk menggembleng para siswa dalam latihan koor. Seingat Martin, jumlah siswa yang bergabung menjadi anggota koor sebanyak 60 orang. Setelah melewati latihan yang cukup, atas permintaan Martin, Seminari Mataloko menghadirkan tiga orang bapa yang dipandang pakar terkait lagu-lagu daerah Ngada untuk menyaksikan dari dekat latihan anggota koor dan
memberikan komentar atas lagu-lagu dimaksud. Jerih payah latihan ini membuahkan hasil dengan tampilnya koor yang meriah, di mana Martin sendiri sebagai dirigennya.

Martin menuturkan bahwa penampilan anggota koor dalam perayaan pancawindu itu bernuansa akapela, menyanyi tanpa iringan alat musik. Martin mengisahkan bahwa, pada waktu itu anggota koor menyanyi sambil menari. Martin teringat ketika itu, bahwa hentakan kaki para anggota koor sambil menyanyi, bukan hanya memastikan birama lagu, tetapi turut memoles keindahan lagu-lagu ekaristi.

Dalam kesempatan perayaan pesta emas paroki Jerebu’u yang dihadiri Martin, Uskup Agung Ende, Mgr. Abdon Longinus pernah berujar bahwa lagu-lagu karya Martin dalam perayaan pancawindu Seminari Mataloko merupakan suatu karya yang klasik dan otentik. Lagu-lagu karya Martin yang bermotif lagu daerah dalam perayaan ekaristi pancawindu Seminari Mataloko, kiranya menjadi inspirasi bagi para komponis
lainnya dalam mengemas lagu-lagu yang bernapas inkulturatif. Martin mengakui bahwa ungkapan Uskup Longinus ini pada satu pihak membuatnya berbangga, tetapi pada pihak lain menantangnya untuk terus berkarya dalam menggubah lagu-lagu liturgi.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More