Bincang Bersama Martin Runi, Komponis Asal Flores
Oleh Paskalis X. Hurint (Dosen STPM Santa Ursula, Ende)
Ketika bekerja di persekolahan biara Suster Penyelenggara Ilahi, Martin mulai lagi menggoreskan lagu-lagu liturgi. Lagi-lagi hal ini dipicu oleh permintaan para Suster Penyelenggara Ilahi. Permintaan ini dilakukan untuk menyongsong perayaan 100 tahun kehadiran biara PI di Indonesia. Seingat Martin, lagu-lagu yang digubah pada waktu itu “Puji Tuhan, Kudengar SuaraMu ya Tuhan dan Tuhan mengantarkan umatNya”.
Proses Penyusunan Lagu
Di tangan Martin, penyusunan satu lagu tidak membutuhkan waktu yang lama. Inspirasi bisa datang pada saat sunyi maupun dalam keramaian. Inspirasi juga dapat terjadi pada saat menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian, tetapi untuk menuliskannya butuh waktu dan tempat yang tenang. Pada umumnya untuk menciptakan satu lagu hanya butuh sehari semalam saja. Hal ini dapat terjadi kalau misi dari lagu itu jelas, atau lagu itu diciptakan dalam rangka sesuatu yang jelas. Dengan kejelasan itu, maka indra bathin mensuport kesejukan untuk menemukan nada dan syair yang tepat. Kekuatan syair terutama diinspirasi dari kitab suci. Ayat-ayat kitab suci, menggugah intuisi bathin untuk menghubungkan antara alunan nada dan ketepatan syair. Sampai pada batas ini, Martin selalu teringat akan pesan Pater Heijden bahwa keindahan sebuah nyanyian bukan terletak pada lagu itu sendiri, tetapi terutama terletak pada cara menyanyikannya (not the song but the singer).