Beberapa hari dan minggu berikutnya, kuliah online dijalankan hingga menghampiri lima bulan lebih dan saya akhirnya mengenal segala bentuk media online yang digunakan untuk proses perkuliahan. Namun saya berani mengatakan belum efektif karena lima bulan lebih itu, kampus hanya menyiapkan materi tanpa ada kebijakan lain yang membantu mahasiswa.
***
Kebijakan kampus membawa kita pada pintu yang berkunci rumit. Dia tak berani mengetuk apalagi membukanya. Semuanya tergantung pada mahasiswa perihal mengetuk dan membukanya. Dengan bijak dia relah menutup mata ketika mahasiswa tertidur di teras telkomsel. Namun dengan rasa dirugikan tak terlepas dari kerinduan saya dengan kampus yang menjadi rumah tuk berkarya, saya menuliskan sebuah surat dengan mata tertutup yang berbunyi “Berilah kami wangi cendanamu” Sambil membuka jendela baru sambil menutup ragu.*