Setelah kering dan menjadi garing, barulah bahan itu mereka tumbuk di dalam lesung. Nah tepungnya itulah yang menjadi sagu. Sagu itulah yang mereka olah menjadi makanan. Seperti kue, roti (rakap) dan pelbagai makanan olahan lainnya yang khas musim kering dan masa kelaparan. Biasanya bagian pucuk dari pohon enau itu ada umbut yang dalam Bahasa Manggarai mereka sebut owak (Ulam, umbut). Bagian ini sangat lembut dan sangat enak untuk kita olah menjadi sayur.
Mungkin dari sinilah pepatah Melayu kuno itu berasal: “pucuk dicinta ulam tiba.” Saat makan, orang mengira dedaunan yang orang pakai untuk sayur adalah bagian pucuk daun yang bisanya lembut dan empuk. Tetapi ternyata yang orang pakai sebagai bahan sayur ialah justru bagian yang lebih lembut dan empuk lagi dari pucuk, yaitu ulam. Sebuah rejeki nonplok. Tidak terduga-duga. Begitulah kira-kira asal-usulnya.
Orang Akhiri dengan Ritual Pendamaian
Ritual mohon ijin itu biasanya orang lakukan di awal musim lapar. Sesudah ritual ijin, orang bisa masuk hutan kapan saja. Tanpa rasa takut bakal tertimpa celaka ataupun bencana. Di awal bulan Desember, biasanya jagung sudah bisa orang panen dan makan. Maka pada saat itu orang tidak lagi pergi ke hutan. Melainkan orang mulai makan jagung. Pada saat itu hujan sudah turun.