Berani Mengkritik

Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo

Deskripsi yang lamat-lamat itu dapat ditemukan dalam cara melihat figur pemimpin. Dalam konteks ini, pejabat negara dipandang sebagai figur yang diperlakukan seperti seorang ‘raja’. Perspektif ini, lebih-lebih, tertanam cukup kuat dalam budaya patriarkat-feodal. Alhasil, seluruh ucapan, sikap dan perilaku warga biasa serta merta terkondisi untuk menghormati si pejabat. Dengan lain kata, sudut pandang yang stereotipikal ini hanya terdapat dalam kultur feodal, yang masih mengakar dalam diri para pemimpin dan juga warga masyarakat Indonesia pada umumnya.

Perspektif itu pula yang menjadi cikal bakal pasal penghinaan yang kerapkali dipakai oleh oknum dan kelompok tertentu untuk melaporkan siapa saja yang diduga kuat telah melakukan penghinaan. Di sini dapat disebutkan sebagai contoh Roky Gerung. Dia pernah dilaporkan ke polisi lantaran menyebut Presiden Jokowi sebagai ‘bajingan tolol’. Atau juga dia pernah dilaporkan karena menyebut ‘kitab suci’ adalah fiksi (bisa ditelusuri secara digital). Cuma sekadar intermezzo.

BACA JUGA:
Mungkinkah Agnes dapat Dipidana?
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More