Berani Mengkritik
Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo
Lebih dari itu, soal beking-mebekingi ini pun melawan nilai kejujuran, mencederai pendidikan karakter. Dalam konteks sekarang ini, pendidikan karakter dalam hal keteladanan terutama dari sebagian besar pemimpin negeri ini sedang berada dalam kondisi kedaruratan.
Sekadar Mengingat
Sikap kritis para akademisi mengingatkan saya akan kisah yang ditulis Denny J.A. dalam bukunya “Visi Indonesia Baru Setelah Reformasi 1998”. Di dalamnya Denny J.A menulis sebuah kasus yang terjadi di Amerika Serikat sekitar tahun 1994. Waktu itu AS dipimpin oleh Presiden Bill Clinton.
Kasusnya adalah perbedaan politik antara pemerintahan Bill Clinton dan para ahli ekonomi tentang kerjasama hubungan perdagangan antara AS dan Jepang yang lebih direncanakan. Waktu itu Jepang dianggap sangat sedikit mengimpor barang dari AS. Presiden Clinton pun merencanakan untuk bertemu Perdana Menteri Jepang, Marihio Hosokawa tanggal 11 Februari 1994 demi membahas rencana tersebut.
Rencana kerjasama hubungan dagang itu mendapat protes keras dari 50 ahli ekonomi, yang di dalamnya terdapat lima orang pemenang hadiah nobel. Menurut mereka, yang diperlukan dunia adalah perdagangan bebas yang berdasarkan pasar yang diatur oleh perjanjian internasional, bukan oleh target yang ditentukan oleh para birokrat dan politisi.