Berani Mengkritik

Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo

Reaksi yang sentimental terhadap kritik hanya datang dari mereka yang dangkal pengetahuannya, dalam hal ini bodoh, dungu. Maka tidaklah mengherankan orang-orang seperti itu cenderung otoriter, antikritik, terlena dengan kemapanan. Ketakutan, kecerobohan, kepanikan, keputusasaan adalah gambaran dari kebodohan dan kedunguan.

Sedangkan ketenangan, kehati-hatian, kematangan mencirikan sikap orang-orang cerdas dalam menanggapi kritik. Mereka mampu menangkap makna terdalam, pesan yang tidak terungkap, esensi dari kritik. Optimisme, harapan, dan hal-hal positif mewarnai cara pandang mereka, betapa pun kritik itu menyakitkan.

Tokoh yang Menginspirasi

ontoh yang paling sempurna dalam hal menanggapi kritik dapat ditemukan dalam diri Yesus, Isa Almasih. Dia adalah tokoh yang menjadi besar dan sangat berpengaruh, justru, karena kritik. Sejak kelahiran hingga kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus selalu mendapat kritik dari ahli-ahli taurat, kaum Farisi, dan orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya.

Pelbagai tuduhan pun dialamatkan kepada Yesus seperti penyebar ajaran sesat, penghujat, kepala Beelzebul, penghulu setan. Malah keraguan dan ketidakpercayaan kepada Yesus, Juru Selamat, Penebus, masih ada sampai saat ini.

BACA JUGA:
Generasi Milenial Sikka Tidak Boleh Golput
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More