Berani Mengkritik
Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo
Berani Mengkritik
Bila melihat secara cermat keputusan yang diambil oleh sejumlah akademisi yang mengkritik Presiden Jokowi, yang selama ini disanjung karena penampilannya yang ndeso, rajin blusukan, merakyat, dengan posisinya yang semakin kuat lantaran kecerdikannya menempatkan orang-orang yang pernah bekerja di institusi TNI dan POLRI di dalam kabinetnya, dapat dikatakan bahwa dibutuhkan suatu keberanian dalam diri untuk mengambil risiko atas keputusan tersebut. Termasuk menghadapi segala macam pendapat, penilaian, tuduhan, dan penghakiman.
Keberanian sikap inilah, yang dengan sengaja, sadar, tahu dan mau, diambil oleh mereka. Sebab dampak dari tindakan berani itu telah menimbulkan dua sikap yang berkembang di tengah masyarakat. Ada yang mendukung, ada pula yang sinis bahkan tak sedikit juga yang menentang mereka. Para akademisi itu pun dituduh mencari panggung, mengejar popularitas, membuat sensasi, dan ungkapan lainnya yang sejenis.
Kembali ke fitrah ilmu
Kesucian pengetahuan menemukan kedalaman maknanya dalam penemuan diri yang sejati. Sebab pengetahuan yang benar bertujuan memuliakan kemanusiaan, yang dirumuskan dengan indah dalam sila kedua Pancasila yakni kemanusiaan yang adil dan beradab. Secara sederhana dapat dikatakan, manusia yang beradab adalah manusia yang memadukan di dalam dirinya teori dan praktik.