Berani Mengkritik

Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo

Dengan frasa kebangkitan kesadaran kritis, saya tidak bermaksud mengatakan, pada masa sebelumnya para akademisi tidak kritis, karena mereka terbuai oleh kenikmatan rasa ‘nyaman’ di ruang kuliah, mereka terlena dalam ’tidur lelap’ di menara gading keilmuwannya, atau mereka tersanjung oleh deretan gelar yang berjejer apik di depan dan di belakang namanya. Atau pun bersikap apatis. Mungkin saja pembaca dapat beranggapan demikian, tapi sekali lagi saya tidak bermaksud demikian.

Justru seluruh rasa nyaman di atas ditinggalkan oleh para akademisi untuk ‘turun gunung’ dan menyuarakan suara dari orang-orang yang tak mampu bersuara. Kegelisahan mereka tidak lagi tersembunyi dalam diskursus di ruang-ruang kuliah. Mereka mendemonstrasikan kegelisahan dan kerisauannya secara terbuka dan lantang di depan publik.

Hemat saya, paling kurang, kesadaran kritis ini memperlihatkan, pertama para akademisi tidak ingin mengulangi lagi pengalaman yang pernah terjadi pada masa orde baru. Kedua, cita-cita reformasi mesti dijaga dan tetap lestari. Ketiga, generasi berikutnya harus diwarisi nilai-nilai luhur Pancasila dalam mengelola negara. Keempat, merawat pendidikan karakter dengan menunjukkan keteladanan dalam hal mengejawantahkan kekuasaan dalam penyelenggaraan negara.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More