Berani Mengkritik

Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo

Sekaligus, yang jauh lebih bermakna adalah mereka menunjukkan sikap penghargaan. Dasarnya adalah keberagaman. Dari asalnya, manusia hidup dalam keberagaman. Sebab manusia diciptakan berbeda satu dengan yang lain.

Dengan demikian berbeda pula pikirannya. Maka, dalam formula yang sederhana, dialog adalah jalan untuk mempertemukan mereka yang saling berbeda pandangan, menemukan solusi, serentak dengan itu pula menjadikan penghargaan terhadap perbedaan sebagai nilai yang patut dilestarikan.

Andaikata peristiwa itu terjadi di Indonesia, maka dapat dipastikan bahwa kelompok tersebut akan dituduh melawan Pemerintah yang sah, subversif, menghambat pembangunan, melakukan makar. Seolah-olah para pengkritik itu bukan warga negara yang sah, yang juga memiliki hak untuk melakukan kritik. Lalu atas dasar alasan tersebut para pengkritik dapat saja ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Nasib naas itu pernah dialami oleh para pengkritik yang tergabung dalam ‘Petisi 50’, misalnya.

Bangkitnya Kesadaran Kritis

BACA JUGA:
Lindungi Lingkungan, Mulailah dari Piring
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More