Belajar di Bawah Pohon
Sebuah Cerpen Dengan Ilham dari SDK Lamba-Ketang (Cerpen Fransis Borgias*)
Berbeda dengan ruangan-ruangan kelas yang lainnya, maka ruangan yang keenam di ujung timur itu tidak ada bangku tinggi. Di sana hanya ada sejumlah bangku rendah (dengklek kalau Bahasa Jawanya) tempat umat ataupun anak sekolah duduk untuk mengikuti Misa ataupun Ibadat pada Hari Minggu tanpa imam. Yang memimpin ibadat itu biasanya ialah seorang guru ataupun seorang guru agama yaitu ketua kelompok umat basis. Ketika sudah ada guru Katekis maka sang guru Katekis itulah yang memimpin ibadat pada hari Minggu.
Jadi, praktis, dari seluruh enam ruangan yang ada di sekolah kami itu, hanya lima yang secara efektif sungguh-sungguh kami pakai sebagai ruangan kelas bagi para siswa. Hal itu masih seperti itu semenjak saya meninggalkan sekolah tersebut saat saya masuk ke Seminari Pius XII Kisol. Sampai saya tamat dari Kisol, setiap kali pulang libur, saya masih bisa melihat bahwa hal itu masih berlaku seperti yang dilukiskan di atas tadi. Saya tidak tahu lagi mengenai perkembangan yang terjadi sesudah itu.