
Bahtera Sinode II Keuskupan Maumere Bertolak ke Tempat yang Dalam Menuju Komunitas Pembebasan yang Merawat Kehidupan
Oleh Walburgus Abulat (Wartawan Pojokbebas.com, Kolumnis, Penulis Buku)
Mulai saat itu, Keuskupan Maumere secara resmi terpisah dari Keuskupan Agung Ende (keuskupan induk) dan mulai melaksanakan reksa pastoral secara otonom. Keuskupan Maumere memilih Kristus Raja sebagai pelindungnya.
Keuskupan Maumere lahir dari pemekaran Keuskupan Agung Ende yang sebelumnya membawa tiga kevikepan yakni Kevikepan Bajawa, Kevikepan Ende, dan Kevikepan Maumere.
Dalam rentang 17 tahun usia keuskupan ini, ada tiga gembala umat yang menggembalakannya di mana Uskup Pertama Mgr. Vincentius Sensi Potokota bertugas selama kurang lebih dua tahun. Uskup Sensi kemudian dipercaya menjadi Uskup Agung Ende sejak tahun 2008. Paus Benediktus XVI kemudian mempercayakan Uskup Gerulfus Kherubim Pareira, SVD (sebelumnya Uskup Weetebula/Sumba) menjadi Uskup Maumere sejak 25 Maret 2008 dengan moto Ut Omnes Unum Sint (Semoga mereka semua bersatu).
Di bawah kepemimpinan Uskup Kherubim dilaksakan Sinode 1 Keuskupan Maumere yang menghasilkan 7 program untuk menjawabi masalah yang dihadapi umat Keuskupan Maumere saat itu yakni pemberayaan pelayanan pastoral, pemberdayaan keluarga Katolik, pemberdayaan ekonomi warga, pemberdayaan politik warga, pengembangan solidaritas warga, pemberdayaan warga untuk meningkatkan ketahanannya menghadapi kecenderungan umum ke arah kesenangan dan pesta pora, dan pemberdayaan organisasi pastoral.