Hal ini pun diafirmasi dalam kehidupan sosial di masyarakat. Salah satu ungkapan yang cukup akrab dalam bahasa pergaulan sehari-hari, misalnya, adalah ‘Dasar kepala batu’, yang dilabeli pada anak yang bandel (nakal) atau pun pada seseorang yang tidak mau menerima nasihat.
Namun bila ditelisik secara saksama dan direnungkan lebih jauh, dalam frasa ‘kepala batu’ terdapat keteguhan hati, ketetapan hati, prinsipiil, konsistensi, kesetiaan, ketelitian, kehati-hatian, mawas diri, ketegasan, kepercayaan diri, keberanian, memiliki pendirian yang kokoh. Deretan makna ini ditemukan dalam pengertian kedua menurut KBBI yaitu tegar hati.
Bila frasa ‘kepala batu’ diatribusikan pada diri Arnoldus Janssen, maka makna kedua tadi mendapat aksentuasi dan kedalaman maknanya yang tepat. Lebih dari itu, ‘kepala batu’ dalam diri Arnoldus Janssen memaksudkan keyakinannya yang teguh akan penyelenggaraan Allah dalam hidupnya.
Sikap tegas dan kehati-hatian Arnoldus Janssen tampak ketika dia menjadi pemimpin tunggal di Steyl dari tahun 1875-1885, demikian Paul Budi Kleden (“Ut Verbum Dei Currat” hal. 249-250).