
Akar Determinatif Kemiskinan dalam Prespektif Rerum Novarum
Oleh Apolonia Mida, Mahasiswa STIPAS Ruteng
Ketika sarana produksi hanya dikuasi oleh kaum elit maka lahirlah ketergantungan struktural yang membuat kaum miskin semakin sulit keluar darilingkaran kemiskinan. Inilah akar determinatif lain: ketidakmerataan akses terhadap sumber daya ekonomi yang seharusnya dimanfaatkan demi kesejahteraan bersama (bonum commune).
Kemiskinan juga bersumber dari lemahnya peran negara dalam melindungi yang lemah. Paus Leo ke XIII mengkritik negara yang berpihak pada pemilik modal mengabaikan hak-hak buruh, dan membiarkan ketidakadilan merajalela. Menurut Rerum Novarum, negara memiliki kewajiban moral untuk mengatur hubungan antara pekerja dan majikan, menjamin keadilan serta melindungi hak-hak dasar buruh seperti upah layak, jam kerja manusiawi, dan kebebasan berserikat. Kemiskinan pun bukan lagi sekedar konsekuensi ekonomi, melainkan kegagalan politik dan moral. Oleh karena itu, akar determinatif kemiskinan teretak pula pada absennya peran negara sebagai penjamin keadilan sosial.
Selain faktor struktural, Rerum Novarum juga mengidentifikasi akar kultural dari kemiskinan:hilangnya solidaritas. Industrialisasi melahirkan mentalitas individualistik, dimana setiap orang hanya mengejar keuntungan diri sendiri, tanpa memperhatikan kesejahteraan bersama. Solidaritas antara buruh dan majikan, antara kaya dan miskin, tergerus oleh semangat persaingan yang tidak sehat.