
Namun, kalaupun terpaksa mereka memasangnya, maka imaginasi yang muncul saat memandang foto Gibran adalah imaginasi imperatif negatif yakni jangan seperti orang itu.
Dia dibesarkan partai, namun kemudian menjadi pengkianat partai. Jangan seperti orang itu yang suka berbohong, jangan seperti orang itu yang tidak jujur.
Jelaslah bagi para kader PDI Perjuangan bahwa Joko Widodo dan Gibran Rakabuming adalah tokoh yang akan diceritakan dalam kisah perjalan dan sejarah partai sebagai figure bagi kebohongan, pengkhianatan dan ketidakjujuran.
Kisah itu akan terus diingat, dan mungkin juga akan menjadi materi dalam setiap pendidikan dan pelatihan para kader partai. Kisah itu akan disusun dalam kurikulum sekolah partai.
Joko Widodo dan Gibran Rakabuming mungkin saja akan mendapat maaf dari para elit PDI Perjuangan atau bahkan dari PDI Perjuangan sebagai partai, namun kisah tentang pengikianatan, kebohongan dan ketidakjujuran itu akan terus direproduksi pada setiap generasi kader PDI Perjuangan.
Dengan demikian, bagi kader PDI Perjuangan, Joko Widodo dan Gibran Rakabuming tidak dikenang karena legasi mereka.