Adventus: Momentum Membaharui Harapan

Oleh: Arnoldus Nggorong

Jalan yang ditawarkan adalah penyesalan (bdk. Barukh 5:1) dan pertobatan (bdk. Luk. 3:3). Cara yang lebih konkrit adalah menghindari kesenangan duniawi seperti pesta pora dan kemabukan, kekhawatiran (bdk. Luk. 21:34) serta pelbagai bentuk kesenangan lainnya yang menyesatkan, yang mendatangkan kebinasaan. Sebab kenikmatan duniawi berlawanan secara radikal dengan kenikmatan surgawi.

Kesenangan Duniawi vs Kesenangan Surgawi

Kesenangan duniawi menolak penderitaan. Kesenangan duniawi lekat dengan kesenangan badaniah. Oleh sebab itu, perihal yang menyengsarakan badan tidak mendapat tempat dalam kesenangan duniawi. Yang diutamakan kesenangan duniawi adalah kehendak sendiri, mementingkan diri sendiri. Solidaritas yang dibangun pun berlandaskan kepentingan diri, sejauh mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri. Sesama, bagiku, adalah yang memuaskan hasrat kesenanganku. Dengan lain kata, fondasi kenikmatan ragawi adalah egoisme, hanya diriku, sekali lagi hanya aku, bukan yang lain. Dibahasakan secara sederhana, senang dirasakan dan dinikmati secara bersama-sama, susah ditanggung sendiri-sendiri.

BACA JUGA:
MacIntyre dan Etika Keutamaan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More