Kebun Anggur Lembata
Oleh : Poya Hobamatan
Tiba-tiba kuteringat almahrum Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD, saat merenungkan Kebun Anggur, yang dihadirkan Yesus dalam tiga hari minggu berturut-turut, sebagai perumpamaan untuk Kerajaan Allah. Kebun Anggur pertama dikisahkan Yesus tiga minggu yang silam, dengan mengangkat sosok sang tuan kebun dengan pekerja perjanjian dan penganggur di pasar. Kebun Anggur kedua dikisahkan Yesus dua minggu yang silam, dengan mengangkat sosok sang ayah dan dua orang anaknya. Dan Kebun Anggur ketiga diangkat Yesus minggu yang silam, dengan mengangkat sosok sang pemilik Kebun Anggur dengan penggarap-penggarap yang serakah dan liar.
Panorama Kebun Anggur dengan tembok pelindung, menara jaga, juga para pekerja yang sibuk menggarap dan menata kebun itu untuk menjadi sebuah bentangan luas agrowisata yang eksotik, membuat wajah Bishop of the Sea, begitu Mgr. Hila selalu digelar, seakan berada di hadapan saya. Sebab beberapa tahun silam, sebelum mangkat, beliau pernah bertutur bahwa tanah Lembata, menurut penelitian, sangat layak untuk menjadi Kebun Anggur karena kualitas tanahnya mirip dengan Israel. Informasi informal itu ia kemukakan, ketika KWI berencana untuk memproduksi anggur sendiri, demi memenuhi kebutuhan liturgy, karena menghadapi kesulitan untuk mengimport anggur dari Australia. Boleh jadi produksi anggur misa di Bali saat ini adalah pilihan paling rasional dari berbagai kajian, setelah melewati proses brain storming yang cukup lama, di mana Lembata termasuk salah satu area bidik potensial karena kualitas tanah dan cuaca yang mendekati holy land.