
Barangsiapa Ingin Bahagia Janganlah Mencari Kebahagiaan
Oleh Dr. Fitzerald Sitorus, Dosen Filsafat
KANT menempatkan kebahagiaan dalam rangka etika. Etika adalah filsafat moral. Kant mengkritik semua jenis etika teleologis, yakni etika yang menilai baik buruknya sebuah tindakan berdasarkan telos/ujuannya (mis: etika eudaimonia, utilitarian dan hedonis). Kritiknya adalah bahwa etika teleologis mendegradasi moralitas menjadi semata-mata instrumen untuk mencapai tujuan tertentu. Dan konsekuensinya kita tidak dapat lagi membedakan mana tindakan yang bermoral dan mana yang tidak.
Etika teleologis jatuh kepada heteronomi moral. Padahal prinsip etika, menurut Kant, haruslah otonomi kehendak atau kebebasan.
Kant kemudian merumuskan etika deontologi. Etika ini mengatakan bahwa nilai moral sebuah tindakan ditentukan oleh motivasi tindakan tersebut. Sebuah tindakan mengandung nilai moral bila tindakan itu dilakukan semata-mata atas kesadaran akan kewajiban (Yunani: deon) menaati hukum moral. Etika deontologi adalah etika kewajiban.
Kant mengkritik tajam etika eudaimonia. Etika ini mengatakan bahwa tindakan yang baik adalah yang mendatangkan kebahagiaan. Menurut Kant, semua etika eudaimonistik itu egois, mementingkan kebahagian diri sendiri. Jika moralitas dikaitkan dengan kebahagiaan maka tidak mungkin semua orang bermoral; bagaimana jika pencapaian kebahagiaanku merugikan orang lain? Kritik lainnya: sesungguhnya orang tidak tahu apa yang dapat membuatnya bahagia. Kekayaan, popularitas, kepandaian, kekuasaan, kecantikan dll, tidaklah menjamin kebahagiaan. Kita juga tidak tahu tindakan mana yang menghasilkan kebahagiaan.
