
Nangaroro dan Kematian Aktivis: Apakah Penolakan Adalah Kejahatan?
Oleh : Agnes Hestika ule, Mahasiswi Semester Vll STIPAS St. Sirilus Ruteng
KEMATIAN tragis Vian Ruma, seorang aktivis penolak proyek geothermal di Nangaroro, Nagekeo, meninggalkan luka yang mendalam bagi keluarga, sahabat, dan seluruh masyarakat yang memperjuangkan keadilan ekologis. Vian ditemukan meninggal dengan cara yang disebut “tidak wajar”, sementara banyak pihak menduga adanya kejanggalan dalam kasus ini. Keluarga menuntut kejelasan, sahabat-sahabat menuntut kebenaran, dan masyarakat bertanya dengan getir: apakah menolak proyek yang dianggap merugikan rakyat dan merusak lingkungan adalah sebuah kejahatan?
Pertanyaan ini sejatinya bukan sekadar soal hukum, melainkan soal hati nurani. Penolakan atas proyek geothermal oleh sebagian warga didasari rasa takut kehilangan tanah, air, dan identitas yang diwariskan leluhur. Mereka menolak bukan karena benci pada pembangunan, melainkan karena ingin menjaga rumah dan alam yang mereka cintai. Sayangnya, suara kritis semacam ini sering kali dipinggirkan, bahkan dianggap ancaman. Kematian Vian lalu menjadi simbol ketegangan: antara kepentingan investasi dan suara masyarakat kecil, antara janji kesejahteraan dan risiko kehilangan.