Di Indonesia, Keris Dongson Asal Vietnam Utara Produksi 700 Tahun Sebelum Masehi Hanya Ada di Museum Bikon Blewut Ledalero

Oleh Walburgus Abulat (Wartawan Pojokbebas.com)

Kaitan dengan sejarah penemuan kebudayaan purba di Flores dan bagi masyarakat asli Flores serta dunia ilmu pengetahuan, satu langkah awal yang spektakuler telah dimulai oleh Dr. Th. Verhoeven SVD. Walaupun beliau membuat studi khusus tentang sejarah bahasa-bahasa klasik, namun kemudian minatnya beralih kepada studi tentang arkeologi atau obyek-obyek kebudayaan purba. Setelah tiba di Flores pada tahun 1949, Verhoeven mulai melakukan penelitian-lapangan di seluruh wilayah pulau Flores dengan konsentrasi khusus pada ekskavasi (penggalian) gua-gua alam dan penemuan artefak-artefak budaya zaman paleolithicum (batu tua), budaya neolithicum (batu muda), budaya “flake” dan “blade” (zaman mesolithicum = batu tengah), budaya Dongson (zaman perunggu), dan bidang geologi. Oleh karena itu dia menggalang usaha-usaha penggalian gua-gua alam di mana-mana dan menemukan fosil-fosil manusia purba dan fosil-fosil fauna dan flora di seantero pulau Flores.

Terdorong oleh dugaan-dugaan dan desas-desus penduduk lokal Flores tentang adanya gua-gua kediaman manusia purba, Verhoeven membentuk Tim Ekspedisi I yang terdiri dari Th. Verhoeven SVD, W. van Bekkum SVD, A. Mommersteeg SVD untuk memulai penjelajahan ilmiah. Pada Agustus 1950, ketiga serangkai ini berangkat ke wilayah Manggarai untuk menemukan gua-alam di Liang Bua, kini bagian dari Desa Rampasasa, Kabupaten Manggarai. Dengan bantuan masyarakat lokal, hasil penggalian di hamparan-lantai Liang Bua ini adalah berupa pecahan tulang-belulang hewan dan peralatan batu (artefak) termasuk batu api, yang mengindikasikan adanya sekelompok manusia yang pernah hidup di wilayah sekitar Liang Bua itu. Penjelajahan ilmiah selanjutnya diarahkan ke wilayah Labuan Bajo di Flores Barat. Di sana mereka menemukan 10 gua-alam dan dengan bantuan penduduk lokal pada Juli 1951 Tim ini melakukan penggalian (ekskavasi) secara sistematis pada salah satu gua-alam yang mereka namakan “Liang Mommer” dan menemukan fosil kerangka dan tulang-belulang manusia, selain sisa-sisa kebudayaan Megalith dan benda-benda kebudayaan Tionghoa seperti porcelin dan mata uang. Di samping wilayah Labuan Bajo, Tim ini juga menemukan lagi 15 gua- alam di wilayah Ruteng dan Reo, juga di Flores Barat. Setelah itu mereka juga melakukan ekspedisi ke Riung dan Wangka di Flores Tengah dan menemukan 6 gua-alam di sana.

BACA JUGA:
Menakar Peran Guru (Sebuah refleksi )
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More