“Wiwi Jaga Weki”, Mulut Jaga Badan: Sebuah Filosofi Ketika Lisa Jauh dari Etika

Oleh Dionisius Ngeta, Koordinator YASBIDA / Panti Santa Dymphna

Mempertimbangkan aspek moral dan etika public ketika lisan diujar dan kata-kata disampaikan apalagi dari mulut seorang pejabat kepercayaan rakyat sekelas DPR adalah keniscayaan sebagai bentuk pertanggungjawabannya. Sesungguhnya Anda (DPR) bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa, jika masyarakat tidak mandatkan kedaulatannya. Meminjam kata-kata Rocky Gerung, Anda adalah anjing suruhan masyarakat untuk terus menggonggong bagi kepentingannya.

Karena itu tutur dan lisan sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mestinya menjunjung tinggi dan menjaga Marwah dan martabat rakyat yang mana kedaulatannya telah dimandatkan. Jika tidak, tutur dan lisan Anda akan berubah jadi pisau tajam bermata dua, yang tidak hanya dapat melukai seseorang tapi diri Anda sendiri. Kata-kata akan menjadi pedang dan tombak dengan ketajaman ganda, yang tidak hanya menyobek rasa dan harga diri seseorang. Tapi juga dapat berbuah pada kejatuhan posisi dan runtuhnya kepercayaan masyarakat. Delegitimasi akan terjadi. Dan bahkan bisa berdampak pada penjarahan, kerusakan, kekerasan, anarkis dan kematian.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More