Watak Alienatif Turisme Komodo

Watak Alienatif

Beberapa kebijakan utama tampak menggerogoti prinsip pemerataan pembangunan dengan dalil utama konservasi. Kee sistem industri turisme Komodo perlahan-lahan mencemaskan. Pasalnya, Saya menyoroti satu kebijakan pemerintah yang menimbulkan polemik, yakni pariwisata super premium. Gagasan ini muncul setelah kegaduhan rencana kenaikan entrance fee yang mulai didengungkan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur sejak akhir tahun 2018.

Pariwisata super premium diterjemahkan dalam berbagai arti. Pertama, Pulau Komodo dan mungkin Pulau Padar dieksklusifkan bagi wisatawan kaya yang mampu membayar membership fee yang rencananya bernilai 1.000 USD. Wisatawan yang tidak mampu membayar, diarahkan untuk berkunjung ke Pulau Rinca. Selain itu, lapak UMKM dari Pulau Komodo dipindahkan ke Pulau Rinca. Kedua, Mendorong penerapan skema carrying capacity kunjungan ke highlight tourist attractions seperti Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau Rinca, Karang Makasar, Batu Bolong, Mawan, dan Siaba. Untuk mendukung penerapan carrying capacity ini dimunculkan platform online booking. Platform ini juga dimunculkan untuk memitigasi penyebaran virus Covid-19.

BACA JUGA:
Editorial Sepekan 31 Oktober 2020 - Ketika Komodo Memikirkan Nasib Masyarakat
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More