
Wajah Indonesia dari Perspektif Mata Perempuan
Oleh Yosefina Erlina, Mahasiswi STIPAS St. Sirilus Ruteng
Kekerasan Dan Keamanan “Bayangan Yang Terus Membayang”
Jika kita melihat data terbaru, kekerasan terhadap perempuan tetap menjadi tantangan besar, meski ada tren penurunan. Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) menunjukkan tahun 2024 mencatat bahwa prevalensi kekerasan terhadap perempuan usai 15-64 tahun menurun dari 9,4% di 2016 menjadi 6,6% di 2024 (Kompas). Namun walaupun demikian, masih ada fakta pahit :1 dari 4 perempuan di Negara Indonesia ini mengalami kekerasan fisik atau seksual selama hidupnya (Paudpedia).
Lokasi kekerasan paling banyak terjadi itu di rumah tangga, lalu di ikuti tempat-tempat umum seperti di sekolah. Laporan dari KemenPPPA dan Komnas Perempuan pada 2022 mencatat 16.899 aduan kekerasan dalam rumah tangga, dan secara keseluruhannya ribuan kasus seksual, fisik, dan psikis yang dialami perempuan tiap tahun(GoodStats).
Menariknya, data menunjukkan bahwa perempuan yang tinggal di kota dan yang memiliki pendidikan SMA keatas, lebih banyak mengalami kasus kekerasan di bandingkan dengan yang tinggal didaerah-daerah pendesaan.(Kompas). Fenomena ini menunjukkan bahwa budaya partiarki bisa menjalar dalam spektra kelas sosial, pendidikan, dan lokasi geografis.
